"Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa",
Sepenggal lirik lagu di atas kiranya sangat cocok dalam mengambarkan kasih dan sayang seorang ibu kepada anaknya.
Hmm.. Coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kita hadir ke dunia ini
begitu saja? Jawabannya tentu saja “tidak”. Ada sosok pribadi yang
telah rela mempertaruhkan nyawanya, sehingga kita bisa menghirup udara
segar di bumi Alloh yang indah ini. Yah, dialah “ibu”. Seorang wanita
penuh berjuta kasih. Lewat pengorbanan dan perjuangan beliau kita bisa
mengecap manisnya madu kehidupan. Bukan hanya darah, tetesan air mata
dan juga peluh kesakitan, namun juga untaian do’a dan harapan
disenandungkan untuk kesejahteraan dan kebahagian kita, anaknya. Luar
biasa ya...
Hari ini aku menyaksikan sendiri, kasih sayang seorang ibu yang
terpancarkan langsung pada anaknya... Seorang anak laki-laki berusia
sekitar 3 tahun lebih yang memiliki sikap aktif, sehingga bagi orang
tua yang tidak bersabar tentu tidak akan tahan menghadapi sikap sang
anak. Banyak pertanyaan kecil yang sering dilontarkan sang anak pada
ibunya, hingga terkadang sang ibu kejebolan dan kewalahan dalam
menjawab pertanyaan si anak. Terkadang hanya sebuah jawaban sederhana
melalui sunggingan senyum manis sang ibu sudah mampu membuat si anak
merasa puas dan terpenuhi segala hasrat keingintahuannya.
Terkejut rasanya ketika mengetahui ritual yang sering dilakukan oleh
sang ibu terhadap anaknya setiap malam. Sebelum si anak memejamkan
mata, sang ibu berkata; "Ibu sayang Akmal, Akmal sayang ibu... Yuk kita
berpelukan" sejurus kemudian mereka berpelukan dan tumpah ruah
keharuan setiap malam itu, sebuah aktivitas sederhana namun penuh makna
di dalamnya, mengikat antara batin seorang ibu dengan anaknya.
Subhanalloh
Ya... Didikan seorang ibu atau ayah lah yang akan membuat kita semakin
tahu, siapa diri kita sebenarnya. Sebuah pendidikan yang dimulai sejak
usia dini, akan memberi pengaruh luar biasa terhadap perkembangan si
anak ketika dewasa kelak. Dan itulah perjuangan serta pengorbanan orang
tua untuk kita, anak-anaknya.
Namun, jangan kita mengira kalau perjuangan dan pengorbanan itu
dimulai hanya dari semenjak kita lahir saja. Perlu kita sadari
bersama, bahwa pengorbanan dan perjuangan itu sudah dimulai jauh
sebelum tangisan pertama kita terdengar. Ya sembilan bulan sebelum itu
seorang ibu telah mengandung dan membawa kita kemana-mana dengan penuh
cinta dan kasih sayang. Belum lagi ketika melahirkan kita, seorang ibu
harus bersabung nyawa antara hidup dan mati. Sungguh sebuah
pengorbanan yang sangat luar biasa. Hanya wanita yang tangguh dan
memiliki cinta kasih yang luar biasa yang mampu menjalani dan melewati
itu semua. Cinta kasih itulah yang telah membuat seorang ibu mampu
memikul beban yang luar biasa itu. Rasa itu jugalah yang telah membuat
ibu sanggup menahan penat, lelah dan berjuta rasa tidak nyaman yang
mendera ketika mengandung dan melahirkan kita.Hiks... terharu.
Percayalah... Ibu adalah wanita yang hebat. Bahkan sangat hebat dan luar
biasa. Tidak ada satu katapun yang pantas dan bisa untuk melukiskan
kehebatan kasih sayang seorang ibu. Ibu adalah sosok pribadi yang
pemberi. Seorang pemberi tanpa pamrih dan selalu diiringi dengan
hangatnya kasih sayang. Mulai dari do’a, pengorbanan yang tulus,
tenaga, pikiran, waktu, harta benda dan juga air mata telah diberikan
oleh seorang ibu kepada kita. Hanya satu harapan beliau, yaitu supaya
anak-anaknya bisa bahagia dan hidup sejahtera. Sederhana kan?
Lihatlah diri kita saat ini... Kini kita sudah dewasa. Mungkin ada
sedikit penyesalan akan didikan orang tua yang salah ataupun kurang
sedari kita kecil. Tak mengapa... Mungkin itu karena ketidaktahuan
kedua orang tua kita. Tapi, jangan jadikan alasan ketika kini sikap
kita mengecewakan kedua orang tua lantas menjudge bahwa ini
kesalahan orang tua dalam mendidik semasa kecil. Masih ada harapan...
Untuk bisa belajar menjadi orang tua yang baik, yang mampu mendidik
anak-anak kita kelak dengan didikan luar biasa. Agar menghasilkan
generasi-generasi penerus yang sholih/ah.
Dan... Mulailah saat ini berkomitmen untuk tidak akan melukai hati orang tua kita. Mulai saat ini mari kita berjanji untuk tidak akan membuat seorang ibu ataupun ayah meneteskan air mata, akibat luka karena sayatan pisau perbuatan buruk kita. Seperti ketika rasa kecewa menyerang ibunya Akmal yang diutarakan pada si anak, kemudian si anak berjanji untuk tidak akan membuat sedih hati ibunya lagi. Hingga bercucurlah air mata sang ibu, mendengar janji tulus si anak yang masih berusia balita tersebut.
Mulai hari ini mari kita tingkatkan bakti kepada ibu maupun ayah kita. Ketika beliau sudah tiadapun kita masih harus berbakti melalui do’a. Do’a seorang anak yang sholih/ah... Insya Alloh akan diijabah :)
sumber : http://deasukata.blogspot.com/2011/06/kisah-kasih-seorang-ibu-dengan-anaknya.html
0 komentar:
Posting Komentar